Sabtu, 15 April 2017

kemiskinan dan kesenjangan di indonesia





KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
INDONESIA


Nama kelompok:      
Danu Tri Julian (21216712)
Retno Restiyana (26216226)
Septia Ningrum (26216922)




Secara etimologi kemiskinan berasal dari kata miskin, yaitu tidak berharta benda atau serba kurang. Sedangkan kemiskinan secara terminologi menurut Sorjono Soekanto mengartikan tentang kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004):
  • ·  Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.
  • · Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.
  • · Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.
  • ·  Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.  Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negara-negara pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia
Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin. Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap negara misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu pendapatan rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan kondisi kesehatan. Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.

Kesenjangan ekonomi adalah dikenal dengan istilah kesenjangan pendapatan , kesenjangan kekayaan, dan jurang antara kaya dan miskin, mengacu pada persebaran ukuran ekonomi diantara individu dalam kelompok, kolompok dalam populasi, atau antar Negara. Kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia. Kesenjangan ini berkaitan dengan strategi pembangunan Indonesia yang bertumpu pada aspek pertumbuhan ekonomi sejak masa orde baru. Sasaran pembangunan diarahkan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi,namun tidak memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi di seluruhwilayah Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambung menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang di wujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu :
  •   Produk Domestik Bruto (PDB),yaitu nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan   oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing.
  • Produk Nasional Bruto (PNB), yaitu nilai barang dan jasa yang dihitung hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung.

Dari pengertian kemiskinan, kesenjangan dan pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan yaitu pertumbuhan perekonomian berpengaruh atau berkaitan dengan kesenjangan dan kemiskinan, bilamana pertumbuhan perekonomian tidak merata antar daerah dan tingginya disparitas antar daerah akibat tidak meratanya distribusi pendapatan terjadi lah kesenjangan ekonomi dan berdampak juga dengan kemiskinan.

Statistik Kemiskinan dan Ketidaksetaraan di Indonesia:

 
 2011
 2012
 2013
 2014
 2015
 2016
Kemiskinan Relatif
(% dari populasi)
 12.5
 11.7
 11.5
 11.0
 11.1
 10.9¹
Kemiskinan Absolut
(dalam jutaan)
  30
   29
   29
   28
   29
   28
Koefisien Gini/
Rasio Gini
 0.41
 0.41
 0.41
 0.41
 0.41
 0.40
Keterangan:
Dilihat dari statistik kemiskinan dan ketidak setaraan di indonesia , kemiskinan di indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2016 selalu berturun dari tahun ke tahun, upaya pemerintah dalam menangani kemiskinan di indonesia terbilang sangat signifikan

Tabel di bawah ini menunjukkan lima propinsi di Indonesia dengan angka kemiskinan relatif yang paling tinggi.
Provinsi
Orang Miskin¹
Papua
      28.5%
Papua Barat
      25.4%
Nusa Tenggara Timur
      22.2%
Maluku
      19.2%
Gorontalo
      17.7%

Tingkat kemiskinan di propinsi-propinsi di Indonesia Timur ini, di mana sebagian besar penduduknya adalah petani, kebanyakan ditemukan di wilayah pedesaan. Di daerah tersebut masyarakat adat sudah lama hidup di pinggir proses perkembangan ekonomi dan jauh dari program-program pembangunan (yang diselenggarakan pemerintah atau lembaga internasional). Migrasi ke daerah perkotaan adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pekerjaan dan dengan demikian menghindari kehidupan dalam kemiskinan.

Kemiskinan Pedesaan dan Kemiskinan Perkotaan
Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an tetapi melonjak tinggi ketika Krisis Finansial Asia (Krismon) terjadi antara tahun 1997 dan 1998, yang mengakibatkan nilainya naik mencapai 26 persen. Setelah tahun 2006, terjadi penurunan angka kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan.

Statistik Kemiskinan Pedesaan di Indonesia:

2011
2012
2013
2014
2015
2016
Kemiskinan Pedesaan¹
15.7
14.3
14.4
13.8
14.2
14.1

Angka kemiskinan kota adalah persentase penduduk perkotaan yang tinggal di bawah garis kemiskinan kota tingkat nasional. Tabel di bawah ini, yang memperlihatkan tingkat kemiskinan perkotaan di Indonesia, menunjukkan pola yang sama dengan tingkat kemiskinan desa. Semakin berkurang mulai dari tahun 2006 tetapi kinerja ini terbatasi di antara tahun 2012-2015 karena slowdown perekonomian Indonesian. Slowdown ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang lemah, penurunan harga komoditas, dan iklim suku bunga Bank Indonesia yang tinggi pada periode 2013-2015 (demi melawan inflasi yang tinggi, mendukung rupiah, dan membatasi defisit transaksi berjalan).

Statistik Kemiskinan Perkotaan di Indonesia:

2011
2012
2013
2014
2015
2016
Kemiskinan Kota¹
 9.2
 8.4
 8.5
 8.2
 8.3
 7.8

Tenaga Kerja Indonesia:
dalam juta
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tenaga Kerja
116.5
119.4
120.3
120.2
121.9
122.4
127.8
- Bekerja
108.2
111.3
113.0
112.8
114.6
114.8
120.8
- Menganggur
  8.3
  8.1
  7.3
  7.4
  7.2
  7.6
  7.0

Tabel di bawah ini memperlihatkan angka pengangguran di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Tabel tersebut menunjukkan penurunan yang terjadi secara perlahan dan berkelanjutan, khususnya angka pengangguran wanita. Pengangguran wanita berkurang secara drastis, bahkan mulai mendekati angka pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah persamaan gender, seperti di negara-negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski sudah ada kemajuan dalam beberapa sektor utama (seperti pendidikan dan kesehatan), wanita masih cenderung bekerja di bidang informal (dua kali lebih banyak dari pria), mengerjakan pekerjaan tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada pria yang melakukan pekerjaan yang sama.

Pengangguran di Indonesia:

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Pengangguran
(% dari total tenaga kerja)
10.3
 9.1
 8.4
 7.9
 7.1
 6.6
 6.1
 6.2
 5.9
 6.2
Pengangguran Pria
(% dari total tenaga kerja
pria)
 8.5
 8.1
 7.6
 7.5
 6.1
   -
   -
   -

Pengangguran Wanita
(% dari total tenaga kerja
wanita)
13.4
10.8
 9.7
 8.5
 8.7
   -
   -
   -

Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik

Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi yang dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari angka rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan siswa sekolah kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja nasional. Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah sekolah dasar saja.

Statistik Pertumbuhan Perekonomian Indonesia






Dilihat dari statistik pertumbuhan perekonomian indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2011 meningkat cukup signifikan tetapi pada tahun 2011 sampai tahun 2013 pertumbuhan perekonomian indonesia menurun cukup besar dan dari tahun 2012 ke 2013 meningkat lagi, jadi pertumbuhan perekonomian indonesia stabil dari tahun ke tahun.
Dari data kemiskinan yang kita dapat dari situs https://www.bps.go.id  kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh faktor sebagai berikut:

Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro yaitu:
  • ·      Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber       daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki         sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
  • ·     Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber     daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah
  • ·     Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal. Akibat keterbatasan dan ketertiadaan     akses manusia mempunyai keterbatasan (bahkan tidak ada) pilihan untuk mengembangkan         hidupnya, kecuali menjalankan apa yang  terpaksa saat ini yang dapat dilakukan (bukan apa       yang seharusnya dilakukan)

Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat. Kemiskinan juga muncul karena adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia, karena jika kualitas manusianya rendah pasti akan mempengaruhi yang lain, seperti pendapatan. Sekarang penyebab kemiskinan adalah karena tidak mempunyai uang yang banyak. Orang yang mempunyai uang banyak, mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya karena mereka dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Berbeda dengan orang miskin yang tidak punya uang banyak, mereka tidak dapat bersekolah yang lebih tinggi karena mereka tidak punya uang lagi untuk membiayai uang sekolah seperti masuk perguruan tinggi atau SMA.

Kemiskinan juga banyak dihubungkan dengan:
  • ·     Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,     pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
  • ·     Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
  • ·     Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan       sehari hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
  • ·      Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk           perang, pemerintah, dan ekonomi.
  • ·      Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari           struktur sosial.

Dampak Kemiskinan Kemiskinan pada akibatnya memiliki dampak bagi orang yang menyandangnya, beberapa dampak atau akibat dari kemiskinan, di antaranya:
  • ·        Pengangguran
        Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan  yang layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit, kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya.
  • ·         Kriminalitas 

Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan.
  • ·         Putus Sekolah

Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
  • ·         Kesehatan

Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar. 
  • ·         Buruknya generasi penerus

          Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa, maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka.

Pelaksanaan program penanggulanan kemiskinan yang dilakukan sejak tahun 1998 sampai saat ini, secara umum mampu  menurunkan angka kemiskinan Indonesia yang berjumlah 47,97 Juta atau sekitar 23,43 % pada tahun 1999 menjadi 30,02 Juta atau sekitar 12,49 % pada tahun 2011. Berdasarkan Worldfactbook, BPS, dan World Bank, di tingkat dunia penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang tercepat dibandingkan negara lainnya. Tercatat pada rentang tahun 2005 sampai 2009 Indonesia mampu menurunkan laju rata-rata penurunan jumlah penduduk miskin per tahun sebesar 0,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian negara lain misalnya Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang hanya berada di kisaran 0,1% per tahun. 
Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen Pemerintah baik pusat maupun daerah. 
Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014.

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu:
  • ·         Menyempurnakan program perlindungan sosial
  • ·         Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
  • ·         Pemberdayaan masyarakat, dan
  • ·         Pembangunan yang inklusif

Terkait dengan strategi tersebut diatas, Pemerintah telah menetapkan instrumen penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan tiga kelompok kerja, masing-masing: 
  • ·         Kelompok Kerja (Pokja) Kebijakan Bantuan Sosial 
  • ·         Kelompok Kerja (Pokja) Kebijakan Jaminan Kesehatan 
  • ·         Kelompok Kerja (Pokja) Kebijakan Peningkatan Kapasitas Ekonomi & Pendapatan 


Dapat disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

Ade Cahyat.  2004. Governance Brief. Universitas Gajah Mada

BPS. Data Kemiskinan Indonesia. 13 April 2017

Sukirno Sadono. Pendapatan Nasional. 2013. Rajawali Press

Guru Pendidikan. Kesenjangan. 14 April 2017
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-dan-faktor-penyebab-kesenjangan


Indonesia Investments. Data Pengangguran. 14 april 2017

TNP2K. Program Kemiskinan. 14 April 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar